Minggu, 14 November 2010

Menjadi Mahasiswa Seimbang

Mahasiswa, sebagaimana telah kita semua ketahui merupakan gabungan dari kata “maha” dan “siswa”, “maha” yang berarti besar; amat; teramat dan “siswa” yang berarti pelajar. Jadi, mahasiswa secara bahasa berarti siswa yang besar. Mahasiswa sudah sangat berbeda dari siswa SMA, dimana mahasiswa memiliki peran yang sangat penting dalam masyarakat, baik peran sosial, politik, maupun peran sebagai intelektual muda diemban oleh setiap mahasiswa.
Seimbang, secara bahasa berarti sama;tidak berat sebelah. Jadi, mahasiswa seimbang adalah seorang mahasiswa yang dapat mengatur hidupnya secara seimbang dimana hidupnya tidak sepenuhnya digunakan untuk belajar saja, tetapi juga mengikuti berbagai aktivitas yang bermanfaat untuk hidupnya di masa depan dan untuk masyarakat.

Reailitas Kehidupan Mahasiswa STAN
STAN merupakan sebuah perguruan tinggi yang mengenal sistem DO bagi mahasiswa yang tidak lulus dalam suatu semester. Keadaan ini dijadikan oleh sebagian mahasiswa STAN untuk tidak mau ikut aktif dalam kegiatan-kegiatan diluar kuliah yang bermanfaat bagi dirinya. Sebagian mahasiswa pernah berkata, “ah, kalau acara di STAN mah panitianya itu-itu aja”, ada juga yang berkata, “organisasi di STAN udah dikuasai sama organisasi XXX (nama organisasi dirahasiakan)”, ada juga yang berkata, “acara di STAN kok nggak pernah menarik ya?”. Hal-hal dijadikan alasan mengapa sebagian mahasiswa STAN tidak mau aktif dalam organisasi di STAN.


Namun, jika ditinjau lebih dalam tentu kita dapat membantah dengan baik alasan-alasan tersebut di atas. Alasan pertama, tentu sangat mudah dibantah, pada kenyataannya, apakah orang yang tidak mau aktif dalam organisasi maupun kegiatan bermanfaat lainnya memanfaatkan waktu yang mereka miliki untuk belajar? Sebagian mahasiswa mungkin menjawab “ya”, tetapi apakah yang menjawab “ya” lebih banyak dari pada yang menjawab “tidak”? Banyak mahasiswa yang tidak mau aktif tersebut membuang-buang waktu yang mereka miliki untuk hal-hal yang tidak bermanfaat bagi dirinya maupun masyarakat, misalnya membuang waktu untuk internetan berjam-jam, nonton film berjam-jam, tidur yang berlebihan, main game, dan kegiatan yang tidak bermanfaat lainnya. Alasan kedua sampai ke empat tentunya juga mudah dibantah, jika memang mereka ingin ada perubahan di STAN, seharusnya mereka yang berusaha mengubahnya, jika mereka hanya diam dengan tidak mengikuti organisasi-organisasi di STAN, apakah hal tersebut dapat berubah dengan sendirinya?

Inilah Para Aktivis Berprestasi
Apakah para aktivis yang ada di STAN tidak dapat berprestasi dalam kegiatan akademisnya?Apakah untuk mendapatkan IP yang bagus, mahasiswa harus mengurung diri di kamar untuk belajar dan tidak mau aktif sama sekali dalam kegiatan apapun kecuali belajar? Jawabannya tentu tidak, penulis sendiri adalah peraih IPK tertinggi spesialisasi akuntansi angkatan 2008 pada semester 2 dan semester 4, tetapi penulis juga aktif dalam organisasi di STAN, penulis adalah Kepala Satuan Pemeriksa Keuangan Himpunan Mahasiswa Akuntansi, penulis juga aktif di Forum Ilmiah Studi Islam (FISI), selain itu untuk membiayai kehidupan, penulis juga bekerja sambilan sebagai pengajar les privat, dan kegiatan-kegiatan bermanfaat lainnya. Selain itu peraih IPK tertinggi spesialisasi pajak angkatan 2008 pada semester 2 dan semester 4, Ika Kardian, juga merupakan mahasiswa yang aktif dalam organisasi di STAN, saat ini beliau adalah Kepala Direktorat Pendidikan Spesialisasi Anti Korupsi STAN, beliau juga pernah menjabat sebagai Wakil Ketua Ikatan Mahasiswa Pajak. Selain itu Muhammad Nazarudin, peraih IPK tertinggi spesialisasi PBB angkatan 2008 pada semester 4 adalah ketua DPMP (Dewan Perwakilan Mahasiswa Penilai), dan masih banyak para aktivis berprestasi lainnya di STAN seperti Pamulak (Ketua HIMAS), Ichsan (Wakil Ketua HIMAS), Ginanjar (Ketua FOKMA), dan lain-lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Haruskah Aktif di Organisasi?
Untuk disebut sebagai aktivis apakah seseorang harus aktif di organisasi? Tentu tidak, menurut penulis, seorang aktivis tidak hanya sebutan untuk orang yang aktif berorganisasi saja, tetapi aktivis adalah sebutan untuk seorang mahasiswa yang dapat memanfaatkan waktunya dalam hal-hal yang bermanfaat, baik bagi dirinya maupun juga bagi masyarakat. Hal-hal selain organisasi yang bermanfaat diantaranya adalah:
1. Mengajar bimbel/privat,
2. Mengajar di TPA,
3. Berdagang,
4. Belajar Bahasa,
5. Menghafalkan Al-Qur’an
6. Belajar Agama,
7. Berkarya, seperti di bidang teknologi informasi, sastra, dan sebagainya,
8. Menulis buku, dan
9. Kegiatan lainnya.
Kiat-kiat Menjadi Aktivis Berprestasi
Di bawah ini penulis paparkan beberapa kiat untuk menjadi seorang aktivis yang berprestasi yang diantaranya merupakan pengalaman pribadi penulis dan pengalaman pribadi teman-teman penulis:
1. Belajar Secara Rutin
Usahakan agar pembaca semua menyisihkan waktu setidaknya 1,5 jam per hari untuk belajar di rumah, baik untuk mengulang pelajaran maupun menyiapkan materi pelajaran di keesokan harinya.
2. Maksimalkan Belajar pada Saat Kuliah di Kelas
Usahakan agar pembaca semua dapat menyerap materi dengan baik di kelas, hal ini sangat cocok bagi aktivis yang sangat sibuk yang sudah tidak memiliki waktu lagi untuk belajar di rumah.
3. Isi Waktu Luang yang Pembaca Miliki untuk Belajar atau Melakukan Kegiatan Bermanfaat Lainnya
Usahakan agar setiap waktu luang yang pembaca miliki tidak digunakan untuk melakukan hal-hal yang tidak bermanfaat seperti main game, nonton film, dan sebagainya.
4. Jangan Terlalu Banyak Tidur
5. Refreshing dengan Hal-Hal yang Bermanfaat
Refreshing sangat dianjurkan agar tidak membuat pembaca jenuh, namun lakukanlah refreshing yang bermanfaat, seperti refreshing dengan cara membaca Al-Qur’an, menghafalkan Al-Qur’an, mengikuti kajian-kajian islam, berolah raga, dan sebagainya.
Kiranya demikianlah sedikit tulisan yang penulis dapat sampaikan kepada para pembaca semua, kesimpulan yang dapat diambil dari tulisan di atas adalah kita dapat menjadi seorang yang berprestasi walaupun kita memiliki banyak aktifitas, semua itu tergantung dari bagaimana pembaca dapat mengatur waktu dengan baik. Jadi, jangan takut berorganisasi atau melakukan kegiatan bermanfaat lainnya karena pembaca takut DO, bahkan berdasarkan penelitian penulis, orang yang aktif, malah lebih pintar dalam mengatur waktunya. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi pembaca semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar